masukkan script iklan disini
Timor Tengah Selatan, penakita.Info
Hujan tak kunjung reda ratusan warga Desa Kuatae, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), terpaksa dievakuasi ke GOR Nekmese Soe setelah bencana longsor melanda wilayah mereka pada Sabtu 22/3/2025.
Longsor terjadi akibat hujan berkepanjangan yang mengguyur kabupaten TTS sejak pagi hingga malam, menyebabkan kondisi tanah terus bergerak dan membahayakan permukiman warga.
Bencana ini berdampak pada ratusan warga. Sebagian dari mereka memilih mengungsi ke rumah keluarga terdekat, sementara puluhan lainnya harus dievakuasi ke GOR Nekmese Soe untuk mendapatkan perlindungan dan bantuan lebih lanjut.
Wakil Bupati TTS, Johny Army Konay, S.H., M.H., saat di temui awak media ini di tengah tengah kesibukan evakuasi, didampingi Kepala BPBD TTS, Yerry O. Nakamnanu, dan Kepala Dinas Sosial Kabupaten TTS, Nikson Nomleni, menjelaskan bahwa saat ini sebanyak 70 kepala keluarga (KK) dari Desa Kuatae yang terkena bencana sudah dievakuasi ke GOR Nekmese Soe.
“Kami telah menyiapkan posko kesehatan, posko bencana, dan dapur umum. Namun, beberapa warga masih belum bisa keluar dari lokasi terdampak. Ini merupakan langkah antisipasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan,” ujar Wakil Bupati.
Pemerintah, melalui BPBD dan Dinas Sosial, telah mempersiapkan segala kebutuhan, mulai dari logistik, tempat tidur, hingga dapur umum untuk melayani masyarakat yang telah dievakuasi. Selain itu, warga juga akan mendapatkan bantuan pakaian layak pakai. “Pada prinsipnya, pemerintah hadir untuk memberikan kenyamanan dan kesejahteraan bagi masyarakat,” tambahnya.
Kepala Desa Kuatae, Parco P. Salem, saat diwawancarai secara terpisah oleh Matatimor.com, menjelaskan kronologi bencana yang terjadi di desanya.
Menurutnya, kejadian ini berawal sejak Desember 2022, ketika mulai muncul retakan-retakan di tanah. Kemudian, pada 12 Maret lalu, akibat curah hujan yang tinggi, tanah di batas Kota Soe dan Kelurahan Soe, tepatnya di belakang BRI Soe, mulai bergeser sejauh 300 meter hingga mencapai rumah warga.
Dampak longsor pertama kali dirasakan oleh 10 kepala keluarga. Selanjutnya, pada 14 Maret, longsor kembali terjadi dan berdampak pada RT 01, sebagian RT 02, seluruh RT 03, seluruh RT 04, sebagian RT 12, dan sebagian RT 13, dengan total 60 keluarga terdampak. Hingga saat ini, jumlah warga terdampak telah mencapai 83 kepala keluarga, sementara 100 kepala keluarga telah mengungsi akibat akses jalan yang tertutup total.
Kepala desa juga menjelaskan bahwa banyak fasilitas umum mengalami kerusakan, termasuk kantor desa, aula, jaringan perpipaan air bersih, serta tiang dan kabel listrik. Ia menambahkan bahwa retakan tanah juga melewati lahan-lahan milik warga.
Menurutnya, salah satu penyebab bencana ini adalah buruknya sistem drainase di Kampung Sabu, khususnya di lingkungan SMA PGRI Soe. “Masalah ini sudah berulang kali dibahas dalam Musrenbang setiap tahun, tetapi pemerintah tidak menindaklanjutinya dengan baik. Baru setelah kejadian ini, pemerintah mulai mengerjakan saluran air di bagian atas.
Namun, kondisi air sudah mengalir di bawah tanah, sehingga dampaknya tetap terjadi,” ungkapnya.
Saat ini, warga terdampak mencakup kelompok rentan seperti anak-anak, penyandang disabilitas, ibu hamil, dan lansia. Sebagian besar mengungsi ke rumah keluarga terdekat, bahkan ada yang mulai membongkar rumah mereka untuk menyelamatkan barang-barang.
Di sela-sela proses evakuasi di GOR Nekmese Soe, Ketua RT 04 RW 02 Desa Kuatae, Yafet Benu, menyampaikan bahwa kondisi tanah di desa semakin tidak stabil.
“Kami berharap ada perhatian serius dari pemerintah daerah. Saat ini, tidak semua warga dievakuasi ke GOR, karena sebagian memilih mengungsi ke rumah keluarga terdekat,” ungkapnya
(Marti Honin)