masukkan script iklan disini
Timor Tengah Selatan, penakita.info
Akibat longsor di Desa Kuatae, Kecamatan Kota Soe, menghancurkan banyak rumah dan harapan dalam sekejap. Suara jeritan menggema, meminta pertolongan di antara reruntuhan. Teriakan itu bukan hanya berasal dari orang dewasa, tetapi juga dari anak-anak kecil yang ketakutan. Bencana datang tanpa aba-aba, meninggalkan luka yang mendalam bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal, bahkan keluarga tercinta.
Namun, di tengah kepedihan itu, muncul tangan-tangan terbuka yang siap merangkul dan menolong. Malam yang dingin di Gor Nekmese Soe, tempat para korban bencana diungsikan, berubah menjadi saksi hadirnya seorang perempuan yang membawa kehangatan dan harapan bagi mereka. Ia adalah Yusinta Ningsih Nenobahan, seorang putri daerah yang telah sukses di tanah rantau. Namun, keberhasilannya tidak membuatnya lupa akan tanah kelahirannya.
Kehadirannya bukan sekadar kunjungan, tetapi bukti bahwa kasih sayang bisa menjangkau sejauh apa pun seseorang pergi. Bersama Yayasan Yusinta Ningsih Sejahtera (YNS), ia datang bukan hanya untuk memberikan bantuan, tetapi untuk menunjukkan bahwa di tengah keterpurukan, ada cinta yang masih menyala.
Ketika Yusinta tiba di lokasi pengungsian, matanya langsung tertuju pada sekelompok anak-anak yang duduk dalam lingkaran. Wajah mereka dipenuhi tanda tanya, ketakutan yang belum sepenuhnya reda, tetapi juga seberkas harapan yang perlahan muncul.
Di balik pakaian lusuh dan tubuh kecil yang menggigil, mereka bukan hanya korban bencana—mereka adalah jiwa-jiwa kecil yang butuh uluran kasih. Anak-anak ini kehilangan rumah, mungkin juga kehilangan orang-orang yang mereka cintai. Namun, malam itu, mereka menemukan sesuatu yang berbeda: perhatian yang tulus dan janji bahwa mereka tidak akan dibiarkan sendirian.
Di tengah hiruk-pikuk distribusi bantuan, Yusinta memilih untuk duduk di antara mereka. Ia ingin mendengar cerita mereka, ingin melihat lebih dekat luka yang tak selalu terlihat di permukaan. Sebagai seorang perempuan dan seorang ibu, hatinya tak kuasa membiarkan anak-anak ini larut dalam kesedihan tanpa pegangan.
"Saya hadir bukan hanya untuk memberikan bantuan, tetapi juga untuk memastikan bahwa anak-anak ini mendapatkan perhatian yang layak. Trauma mereka harus ditangani dengan baik, karena luka di hati jauh lebih sulit sembuh dibanding luka di tubuh," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Di bawah naungan YNS, tangan-tangan kecil itu mulai menerima sentuhan kasih. Senyum mulai mengembang di wajah mereka, meski masih samar. Di balik tumpukan bantuan yang dibawa—sembako, nasi siap makan, mie instan, telur, susu, biskuit, hingga popok bayi—tersimpan pesan bahwa mereka masih dicintai, bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi hari-hari sulit ini.
Banyak organisasi dan individu yang datang membawa bantuan ketika bencana melanda. Namun, bagi Yusinta dan YNS, kepedulian bukan hanya soal mengirim sembako atau membagikan makanan. Lebih dari itu, ini adalah soal kehadiran—soal memastikan bahwa di setiap langkah yang sulit, ada tangan yang siap menopang.
"Kami tidak sekadar memberi, kami ingin hadir dalam hidup mereka. Kami ingin mereka tahu bahwa mereka tidak sendiri," ucap Yusinta saat diwawancarai wartawan.
Kata-katanya bukan sekadar janji, tetapi telah terbukti dalam aksi nyata. Sejak didirikan, YNS telah bergerak di berbagai daerah, membantu mereka yang membutuhkan, bukan untuk kepentingan pencitraan, tetapi karena ketulusan yang berakar dalam.
Bantuan kali ini juga bukan yang pertama, dan tentu bukan yang terakhir. Sejak lama, YNS telah berkomitmen untuk terus menjangkau lebih banyak orang, terutama mereka yang berada di pelosok dan sering luput dari perhatian.
Malam itu, di tengah dinginnya udara dan kelelahan yang masih menyelimuti para korban, ada satu hal yang kembali menyala: harapan.
Di dunia yang penuh ketidakpastian, satu hal yang pasti adalah kebaikan yang tidak akan pernah berhenti. Bencana mungkin datang tanpa diduga, tetapi selalu ada hati yang tergerak untuk membantu. YNS menjadi bukti bahwa kepedulian bukan hanya sekadar kata-kata, melainkan sesuatu yang diwujudkan dengan tindakan nyata.
"Besok, kami akan turun langsung ke lokasi bencana untuk melihat kondisi di lapangan. Kami ingin memastikan bahwa bantuan tidak hanya sampai, tetapi benar-benar bermanfaat bagi mereka yang membutuhkannya," ujar Yusinta dengan penuh ketegasan.
(Marti Honin)