• Jelajahi

    Copyright © Pena Kita
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Halaman

    10 Ribu Siswa di TTS Pecahkan Rekor Muri Pembacaan Puisi Dalam 3 Bahasa.

    Selasa, 29 April 2025, April 29, 2025 WIB Last Updated 2025-04-30T02:29:23Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini


    Timor Tengah Selatan, penakita.info

    Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Yayasan Pustaka Pensi Indonesia (YASPENSI), resmi mengelar 


    Festival Literasi Sastra Daerah dan rekor Muri pembacaan puisi dalam tiga bahasa yang di ikuti 10.000 ribu siswa di kabupaten Timor Tengah Selatan Propinsi Nusa Tenggara Timur yang di gelar di lapanga. Puspenmas Soe selasa.( 29/04/2025 ).


    Pantauan awak media ini kegiatan Festival Litetasi dan sastra Bahasa telah mencetak Rekor Muri Pembacaan puisi dalam tiga bahasa yakni bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan Bahasa dawan oleh 10 ribu siswa yang telah mengikuti Festival literasi sastra daera.ini sajarah bagi kabupaten TTS yang telah meraih Rekor muri dunia yang menghadirkan lebih dari 10 ribu Siswa.tingkat SD, SMP, SMA, SMK dan SLB. kegiatan ini juga di hadiri oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur yang di wakili Asisten Administrasi umum NTT, Direktur Rekor muri Indonesia, Bupati TTS,Ketua DPRD TTS, Dandim 1621/TTS, Kapolres TTS, Forum Pimpinan daerah, serta 10.000 ribu siswa siswi sekabupaten Timor Tengah selatan.

    Dalam sambutan Bupati TTS, Eduard M Lioe mengatakan Festival literasi sastra daerah ini bukan sekedar hadir dalam sebuah kegiatan seremonial. kita hadir sebagai bagian dari sejarah baru sejarah dimana pendidikan, sastra dan budaya daerah tidak hanya dibicarakan tetapi diperjuangkan. 


    festival ini adalah momentum penting untuk memperkuat kembali nilai nilai budaya kita dan memperteguh komitmen kita dalam membangun pendidikan Yang berakar dari kearifan lokal dan memastikan bahwa bahasa dan sastra daerah tetap hidup, tumbuh dan berkembang. di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi.


    Kekayaan budaya Yang tak ternilai, bahasa, adat, seni, dan sastra daerah Yang hidup di tengah masyarakat kita adalah kekayaan Yang tak bisa digantikan oleh apapun. namun kekayaan ini akan punah jika tidak di rawat bersama. disinilah pentingnya pendidikan sebagai benteng pertama dan utama dalam pelestarian budaya. tema festival literasi sastra dan bahas Kali ini 


     mengandung makna mendalam bahwa darah dari tanah timur, dari bumi plumbumur, kaya dengan bahasa dan sastra kita bisa mengembangkan nilai nilai luhur untuk memperkaya peradaban Indonesia. NTT bukan hanya penerima kebijakan dari pusat, tetapi juga penyumbang nilai, gagasan dan budaya bagi Indonesia. 


    kita punya sesuatu Yang khas Yang tak dimiliki daerah lain, yaitu keanekaragaman bahasa dan budaya lokal Yang hidup berdampingan dalam harmoni. Dengan sub tema ayo bangun NTT dari sekolah adalah seruan strategis selaku pendidikan adalah pondasi utama peradaban di sekolah adalah tempat pertama dimana anak anak kita belajar mengenal siapa dirinya, dari mana dia berasal dan kemana dia akan melangkah. maka membangun NTT harus dimulai dari membangun karakter, kesadaran budaya dan literasi generasi generasi muda kita.ini salah satu bentuk dukungan Dinas pendidikan dan kebudayaan yang telah mendukung 100 kerja Gubernur NTT dan 100 hari Kerja Bupati dan Wakil Bupati TTS.ujar Bupati.

    Sementara itu Dalam sambutannya, Direktur Operasional MURI, Yusuf Ngadri, menyampaikan apresiasi tinggi atas keterlibatan ribuan siswa dalam kegiatan literasi tersebut. Ia menegaskan bahwa MURI hadir untuk mencatat karya-karya luar biasa yang menjadi bentuk kontribusi nyata dalam pembangunan bangsa.


    “Hari ini, 10.000 siswa Kabupaten TTS telah menorehkan sejarah dalam Festival Literasi NTT. Dengan bangga, MURI mencatat pembacaan puisi mengunakan tiga bahasa oleh siswa Kabupaten TTS sebagai rekor dunia.ujar Yusuf Ngadri saat memberikan sambutan di lapangan Puspenmas Soe.

    Puisi yang dibacakan sesuai thema yang berjudul Flobamorata Memanggil Pulang, Ayo Bangun NTT. Karya sastra ini disusun dalam tiga bahasa: Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah (Dawan), dan Bahasa Inggris. Yusuf menilai, puisi tersebut bukan hanya sebagai ekspresi estetik, tetapi juga sebagai simbol cinta dan harapan anak-anak NTT terhadap tanah kelahiran mereka.


    “Puisi adalah sarana menggali kedalaman jiwa dan membagikan cerita dengan cara yang indah dan menginspirasi,” tambahnya.


    Festival Literasi Budaya Daerah NTT ini menjadi momentum penting dalam mengangkat peran sastra dan bahasa daerah di tengah perkembangan zaman. Melalui kegiatan ini, para siswa tidak hanya diajak untuk mencintai literasi, tetapi juga untuk merefleksikan identitas budaya mereka.


    Yusuf Ngadri juga mengajak seluruh peserta dan masyarakat untuk terus membangun kecintaan terhadap bahasa, sastra, dan budaya lokal sebagai bagian dari identitas bangsa. Ia menutup sambutannya dengan pesan menyentuh.


    “Mari kembali ke rahim Flobamorata membangun, memajukan, dan mensejahterakan bumi tercinta.”


    Dengan tercatatnya kegiatan ini sebagai rekor dunia, Yusuf Ngadri menyampaikan penghargaan atas capaian luar biasa ini. Ia menyebut puisi sebagai media ekspresi yang mampu menggugah emosi dan menginspirasi, sekaligus menjadi sarana penting dalam pelestarian bahasa dan budaya lokal. “Pembacaan puisi dalam tiga bahasa ini adalah bentuk kontribusi nyata terhadap pembangunan bangsa melalui literasi,” ungkap Yusuf.


    (Marti Honin)

    Daerah, Pendidikan, Literasi, Rekor, Muri, 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini